Kamis, 11 Juli 2013

Realita Remaja





Semua orang pasti pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bagaimana rasa deg-degan saat melihatnya, rasa canggung saat berbicara dengannya, rasa rindu saat ia tidak ada, dan lainnya. Memang benar kata Titiek Puspa di dalam lagu Jatuh Cinta:
Jatuh cinta berjuta nikmatnya. Menangis tertawa karena jatuh cinta, oh, asyiknya!
Buat saya lagu ini menjadi pengingat bahwa jatuh cinta itu memang indah dan bisa membawa suka maupun duka. Berkaitan dengan suka duka jatuh cinta, ada yang berbalas namun ada juga yang tidak . Mungkin ini menjadi salah satu duka yang kita dapat dari indahnya jatuh cinta.
Saya menulis ini sebagai sebuah renungan karena jujur, saya pun pernah mengalami hal seperti ini. Saya harap renungan ini dapat membantu saya dan teman-teman semua agar lebih memahami perasaan yang kita hadapi saat kejadian seperti ini kita alami.
Bohong rasanya jika kita tidak berharap bahwa orang yang kita cintai atau sukai tidak perlu membalas cinta kita. Mungkin sering kita dengar bahwa cinta itu tak harus selalu memiliki . Klise memang, atau terkadang terdengar seperti bualan belaka. Kayaknya orang yang bisa ngomong bahwa cinta tak perlu memiliki itu belum pernah merasakan ketika cintanya nggak berbalas kali ya? Hihihi. Coba kalau orang-orang yang bisa ngomong gitu ngerasain sakitnya kita kalau ngelihat dia dari jauh, ngerasain sedihnya kita tiap kali mengingat kejadiannya. Kalau kata Dewa di lagu Pupus:
Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau buat remuk seluruh hatiku.
Rasanya tuh kayak hancur banget lah!
Setelah sekian lama tenggelam di dalam kesedihan (walaupun mungkin belum sepenuhnya lepas juga), lama-lama saya sadar bahwa keadaan ini merupakan bagian dari indahnya jatuh cinta. Coba bayangkan, kalau kita tidak tenggelam seperti ini, apakah kita bisa belajar lebih kuat? Apakah kita bisa belajar untuk lebih tulus dan ikhlas? Apakah kita bisa belajar untuk menerima keadaan? Pelajaran-pelajaran ini merupakan hal yang mampu membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Jujur, terkadang sulit bagi kita untuk menerima kejadian yang tidak sesuai dengan harapan kita. Makanya bisa muncul ungkapan, lebih baik tidak berharap supaya nggak sakit.
Saya pernah mengobrol dengan salah seorang sahabat saya dan dia menyatakan, Tidak ada yang salah dalam mengungkapkan cinta. Yang penting dia tahu bahwa ada orang yang akan selalu mencintainya. Nggak akan ada yang dirugikan kok sebenarnya. Pernyataan sahabat saya ini memang mendorong saya untuk menjadi pribadi yang lebih berani, lebih kuat. Memang benar bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dalam mengungkapkan cinta, selama tidak asal mengungkapkan begitu saja. Cinta itu memang perlu dikomunikasikan. Jangan hanya sekedar wacana saja agar orang yang kita cintai tahu apa yang kita rasakan. Walau tidak bisa dipungkiri bahwa ada resiko, seperti cinta kita tak berbalas, kecanggungan yang muncul setelahnya, atau mungkin kerenggangan hubungan pertemanan, tapi apakah itu merugikan kita atau dia? Menurut saya tidak, malah keduanya diuntungkan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa sakit ini? Jangan coba untuk dilupakan! Terkadang semakin berusaha kita untuk melupakannya, malah semakin ingat akan apa yang telah terjadi karena pikiran kita selalu menuju padanya. Hal yang paling susah untuk dilakukan dan sudah saya singgung di atas adalah menerima keadaan. Rasanya memang sakit sekali ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan, tetapi memang itulah yang kita hadapi. Entah karena dia memang belum siap menjalin hubungan, dia tidak mencintai kita, atau apapun alasannya, kita harus bisa menghargainya. Bukankah kita mencintai dia apa adanya? Tentunya hal seperti ini harus kita terima sebagai bagian dari dirinya yang kita cintai. Berat, tapi itulah wujud cinta tulus kita.
Lalu kita harus berusaha untuk move on karena apapun alasannya bagi dia, ini bukan saatnya bagi dia untuk membalas cinta kita. boleh saja kalau kita masih menaruh harapan atau ingin selalu hadir untuk dia sebagai bentuk kasih sayang kita, tetapi jangan sampai kita terjebak dengannya. Walaupun mungkin suatu saat dia akan membalasnya, tetapi kita tidak akan pernah tahu kapan dan lagipula apakah kita mau terus menerus sakit karenanya? Masih banyak ikan di lautan. Kalau tidak ketemu ikan, masih ada kepiting, udang, atau cumi-cumi kan? Mungkin untuk saat ini dia memang bukan yang terbaik bagi kita.
Kuncinya bagi saya adalah stay positive. Boleh saja kita sedih karena kejadiannya tidak sesuai harapan. Itu adalah hal yang wajar selama kita tidak larut di dalamnya terus menerus. Selalu ingat bahwa ini bukan saatnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi yakinlah bahwa kita saat ini diberikan apa yang kita butuhkan. Semua pengalaman ini mampu membuat kita lebih kuat dan bijaksana. Jadi ketika cinta bertepuk sebelah tangan, nikmati saja! Itulah indahnya jatuh cinta :)

Create esty wahyuni :)

Rabu, 03 Juli 2013

Bukan aku menarik ulur hatimu :)


Namaku nayla aku baru saja pindah rumah didekat rumah neneknu hampir 2bulan aku tinggal disini  aku mempunyai sahabat yang bernama sheilha dan gina pada sore hari aku bermain dengannya aku bercerita soal aku dekat dengan  seseorang  dengan gina
Aku memanggil  kak gina : kak ginaaa aku lagi dekat sama seseoraang tauu?
“Kak gina pun menjawab ciieee sama siapaa dee cerita dongs sama kaka J
“Namanya rangga ka dia tinggal dekat rumahku ka sering sih  lewat depan rumah ku J hihi ..
Gak lama kemudian  sheilha pun datang  J
Sheilha : hey hey hey dih cerita gak ngajak” nih L
Gina : ahah sini makanya jangan ngayaaap molo .
Sheilha : cerita apaan sih kaka J
Aku pun menjawab “ de kenal gak sama yang namanya rangga ?
Sheilha : yang deket rumah kaka bukan ? itu aku kenal ka ? kenapa dia pasti nembak kaka yah L
Ka gina pun menjawab “iya de dia kan pacarnya ka lisah dia udah lamaa tau pacaraaannyaaa Cuma rangganya udah lost contec gitu udah jarang jalan lagi L Sheilha : ih dia juga nembak aku loh ka L ihh modus banget .
Aku pun kaget setelah mendengar cerita itu  aku kesaal denganyaaaa .
Malam harinya aku sms kaRangga ..
Aku : Ciie nembak sisheilha nih yeeee L
Ka rangga : siapa sih engga kok ngawuur kamuh aku kenal aja engga !
Aku : udah sih ngaku aja gak usah bohong ka ternyata gini yah aku jadi benci sama kamu kak L
Kak rangga : loh kok jadi gini  L
Aku : yaudah ga usah dibahas deh .
Gak lama kemudian kak rangga pun nembak aku lagi L dia terus memohon padaku agar aku menjadi pacarnya sepertinya ia sungguh* padaku tapi aku bingung bimbang gelisah L aku gak mau dibilang penghianat oleh ka lisah gimana pun juga dia kaka kelasku L
Ya’tuhaaaaaaaaaaaaan  apa yang aku harus lakukan L
Mulai disitu aku suka denganya karna dia care sama aku ,
Malam itu hapeku bergetar ternyata dari kalisaah dia meminta aku menjauhinyaaaa L okey aku turuti aku akan menjauhinya .
Hari itu malam nisfu syaban aku dan temanku Azwaa datang ke masjid dan terntyata ad aka rangga disana aku sudah menjauhinya tapi tetap saja ada yang membuat aku dekat lagi  dengannya L
Ka rangga menyapaku  : De mau kemana ketemu yuk nanti ,
Aku : Ngapain ? males lah udah gausah deketin urusin aja pacar kamu kasihan kalisah dikhianatin kamu terus L
Karangga : Laah di amah biariin ajaaa L
 Gak lama kemudian aku jadian sama dia , tapi aku berfikir untuk memutuskan dia lagi karna terlalu banyak penghalang aku dan dia menjadi satu L aku memutuskannyaa .
Dia terlihat mengeluh seolah” dia tidak biasa tanpaku ..
Maaf bukan aku menarik ulur hatimu L
Tapi aku terus kontekan sama dia lama kemudian aku jadian lagi sama diaaa  aku mencoba untuk menjalaninya tapi tetap saja hatiku ragu Lalu aku kembali memutuskannya dan aku putuskan aku akan memikirkan masa depanku dari pada masalah cinta J

Note :  Jangan  telalu memikirkan soal cinta dahulukan soal Masa depan J


Create : Esty wahyuni  .

Senin, 01 Juli 2013

my dream comes true

teeeng!!! Bel berbunyi 3 kali, tanda istirahat kedua. Aku mulai menyiapkan buku peminjam, buku pengembalian dan bolpoin di mejaku. Ku hentikan sejenak koneksi internetku, agar pekerjaanku tidak terganggu. Tak lama kemudian mejaku dipenuhi hiruk pikuk suara anak-anak berebut layananku.
“Mba, aku mau pinjam bengkel facebook, yang dipinjem ana kemarin” teriak Budi
Sebelum sempat ku jawab, setumpuk buku IPS sudah ada di meja. “Mba ini dihitung dulu, tadi pinjam 28 kelas VII F” kata Dian
“Iya satu-satu ya.. Budi sabar dulu, bukunya masih di dalem, Dian ini langsung ke rak aja, nanti mau di pakai kelas lain” jawabku cepat, karna msih banyak juga yang usil di ruangnku ini dan butuh peringatanku juga.
“Budi masuk ke ruang mbak Diah, di kotak biru no 2, ambil sendiri, lalu tulis di buku peminjam, kartunya taruh meja saya, oke?”
“Siap mbak!” jawab Budi
“Mbak Diah, di panggil Pak Indra sehabis jam istirahat” kata biyan, anak kelas IX sambil berlalu begitu saja.
“Biyan.. kamu dipeseni siapa?” tanyaku agak keras karna Biyan sudah ada di pintu keluar.
“Kata pak Indra sendiri mbak” jawab Biyan
“Mbak kartuku hilang mbak, gimana nih ga bias pinjem buku, padahal ada tugas di buku paket, bias pinjem kartu temen yaa.. mbak?” kali ini aku setengah agak bingung mendengar panggilan tadi, aku jadi tidak bisa melayani anak-anak lagi.
“Iya..ya bias, ambil aja bukunya” jawabku tanpa ku tau siapa yang bertanya tadi. Hatiku bahkan tak bisa berhenti berdegub kencang, ada apa pak Indra memanggilku, hal yang tak biasanya ia lakukan. Terakhir Pak Iman dipanggil, ia diberhentikan sementara karna keuangan sekolah tak lagi mampu mencukupi gaji tukang kebun.

“Teeeeeeeeeeeeeng!!” Suara bel membuayarkan anganku. Aku bergegas membereskan meja, mengunci laci meja, dan ruangan perpustakaan. Aku menuju runag Pak Indra di ujung halaman sekolah.
“Permisi Pak Indra” sapaku lirih sambil melangkah masuk pintu ruangan bapak Kepala Sekolah di SMP Bayangkari tersebut.
“Iya Mbak Diah masuk, silakan duduk, tunggu sebentar saya masih ada kerjaan” jawabnya sambil mengutak-atik laptop di meja kerjanya. Aku tak heran Pak Indra memang sosok pemimpin yang cerdas, banyak kesibukan di sana dan di sini, banyak ikut lembaga social dan sekaligus menjadi tauladan bagi karyawan dan guru di sini.
“Mbak Diah, besok pagi tolong siapkan Ijazah terakhirnya, KTP, sama transkrip nilai terakhir kuliahnya, ya.. semester berapa ya mbak?”
“Ehm.. saya semester 9 pak, insyaallah tinggal skripsi. Maaf pak masing-masing rangkap berapa?”
“Cukup 2 aja, Cuma buat arsip sekolah aja kok mbak. Gini mbak, mbak diah kan jurusannya Bahasa Inggris, ambil pendidikan lagi, jadi harusnya Mbak Diah ngajar kan, bukan di ruang perpus. Saya mau coba liat Mbak Diah ngajar di kelas tuh kayak gimana, kalo mbak Diah kerjanya bagus, nanti bias saya geser ke guru Bahasa Inggris, sebentar lagi kan Pak Tamam pension”
“Eh..saya terima kasih banyak pak, Pak Indra sudah memberikan kesempatan kepada saya, sungguh saya tidak menyangka, terima kasih pak” jawabku dengan suara gemetar.
“Iya, saya liat kamu ulet, tlaten, Bahas Inggris kan masuk UN, jadi mulai minggu depan kita atur jadwalnya kamu mulai bantu Pak Tamam, supaya hasil UN kita bagus, kamu ngerti ya?”
“Iya pak, saya pasti bersedia, saya usahakan yang terbaik, tapi pak, apakah saya tetap menjadi petugas perpustakaan juga?”
“O.. iya, kita belum mampu menggaji karyawan baru, sementara ini saya kasih kamu 4 jam pelajaran aja dan hanya di kelas IX, sisanya kamu gunakan waktumu mengerjakan administrasi perpustakaan. Nah, kalo Pak Tamam ada jam ekstra, atau les kamu siap temani beliau, tentu saja setelah jam pulang, setelah perpustakaan tutup”
“Baik..baik pak, terima kasih, tapi saya mohon jadwalnya bias diatur agar tidak bentrok dengan jam kuliah saya pak”
“O.. iya pasti, besok siapkan berkas tadi, saya buatkan SK mengajar. Sekarang kamu boleh kembali bekerja”
“Iya.. ya pak, terima kasih banyak pak” jawabku sambil berdiri menjabat tangan Pak Indra sebagai ungkapan bahagiaku dan rasa terima kasih yang tak terhingga.

Sepulang kerja, ku peluk ibuku dank u sampaikan apa yang Pak Indra bicarakan tadi, ibuku menyambutnya dengan suka cita. Siang itu benar-benar hari yang tak akan pernah ku lupakan dalam hidupku. Sejarah akan dimulai sejak hari itu.
Hari ini setelah jam istirahat kedua aku akan masuk kelas untuk pertama kalinya. Telah kupersiapkan materi, mental dan semangatku untuk menjadi guru. Pak Tamam menghampiriku di teras perputakaan.
“Yuk mbak, sudah baca RPPnya belum” sapa Pak Tamam sambil tersenyum
“Sudah Pak” jawabku mengikuti langkahnya

Hatiku bergegub kencang, tanganku gemetar, tak bisa ku pungkiri meski ini hari yang kutunggu sepanjang hidupku, aku tak bisa mengelak aku sangat grogi. Serasa menjalar di sekujur tubuhku ribuan semut yang siap membekukan tangan dan kakiku. Ku baca doa dalam hati agar nanti aku tidak melakukan kesalahn besar. Sesampainya di kelas, aku angkat pundakku lebih tinggi dan berusaha pasang muka percaya diri. Dalam hatiku berkata “Yes, I’m a teacher”.
“Loh kok mbak Diah ikut pak?” celetukan salah satu siswa. Lainnya lagi menimpali
“Mbak Diah mau ngecek yang belum bayar denda kamus”
“Ggrrrrrrrrrrrr” satu kelas tertawa riang, seolah puas menertawakan kesalahanku. Langkahku mulai gontai, sebelum Pak Tamam menenangkan kelas.
“Dengarkan anak-anak mulai sekarang jangan panggil Mbak Diah di kelas ini dengan panggilan Mbak, karena Bu Diah akan menggantikan Bapak nanti kalau Bapak pension, jadi mulai sekarang panggil mbak Diah dengan Bu Diah” suara pak tamam yang lantang sedikit menenangkan hatiku.
“Loh pak kok sekarang mbak Diah ikut masuk kelas, katanya ganti Pak Tamam kalo pension?” Tanya Nadia, cewek paling heboh di SMP ini.
“Jadi mulai hari ini bu Diah akan membantu Bapak mengajarkan Bahasa Inggris di semua Kelas IX, terutama menjelang UN ini, dan ingat tidak ada lagi yang memanggil mbak, jelas!!!” Jawaban Pak tamam sangat bijaksana.
“Okey class open your book page 112” lanjut Pak Tamam.

Hari itu aku belum mulai ngajar, aku baru dianggap magang, masih observasi lapangan, sesekali Pak Tamam menyelipkan ilmunya untuk diajarkan kepadaku juga. Beliau mengajarkan bagaimana trik mengajar anak yang bandel di kelas, mengajarkan cara membuat perangkat pembelajaran, memulai pembicaraan dalam Bahasa Inggris, dst. Hari itu ku catat dalam diaryku, ku masukkan dalam daftar best day of my life. Hari-hari berikutnya masih ku lalui dengan hal yang hampir sama. Anak-anak masih memanggilku mbak, masih meremehkan saya, masih minta dibuatkan PR, seperti ketika aku masih hanya sebagai petugas perpustakaan. Belum kutemui masalah berarti sampai tiba saatnya suatu pagi pukul 06.55 WIB, aku menerima sms dari Pak Tamam, bahwa beliau terjebak macet dan saya harus masuk ke kelas pada jam pertama di kelas VIII B. Padahal aku sama sekali belum pernah diajak Pak Tamam masuk kelas VIII. So…

“Teeeeeeeeeeeng!!” I have to go…! Aku berjalan pasti ke arah kelas VIIIB meski aku sendiri tak tau apa yang harus saya bahas nantinya di kelas.
“Morning class” sapaku begitu aku sampai di ujung pintu kelas
“Haa haaa Mbak Diah, morning mbak” jawab beberapa anak sambil ku dengar masih ada suara ledekan. Tapi aku berusaha seolah-olah aku tak mendengarnya.
“Semua dengarkan, Pak Tamam sebentar lagi datang, saya hanya akan mengisi 1 jam pertama saja, sebelumnya mari kita berdoa bersama”
30 menit kemudian, mas Lutfi masuk ke kelasku sambil terengah-engah
“Mbak… Pak Tamam kecelakaan, sekarang ada di ruang BP, Mbak Diah dipanggil Pak Indra”
Tanpa banyak Tanya aku berlari menuju BP, ku dengar hiruk pikuk anak-anak yang mendengar berita tadi, karna Mas Lutfi berbicara dalam suara keras.
“Pak bagaimana Pak Tamam?” tanyaku kepada pak Indra di depan BP
“Alhamdulillah tidak parah Bu, Cuma mungkin dalam beberapa minggu belum bias pulih, jadi saya minta Bu Diah mengganti setiap kelas yang Bahas Inggrisnya diampu beliau” jawab Pak Indra
“Lalu perpustakaan?”
“Nanti sambil jalan kita minta bantuan siswa yang piket”
“Baik pak, saya mau permisi lihat kondisi pak Tamam dulu”
“Ya silakan”

Ku lihat kerumuman beberap guru di ruang BP. Di lutut kaki kanannya masih mengalir darah segar, bajunya robek, di beberapa bagian tangan dan wajah ada sedikit memar dan lecet. Ku sentuh tangan Pak Tamam, “Pak gimana?”
“Ah ngga apa-apa, nitip anak-anak dulu ya?” seraya menepuk pundak saya
“Iya pak yang penting Bapak sembuh dulu”

Hari-hari selanjutnya aku mulai kewalahan dengan jam Pak Tamam dan tugas ku di perpustakaan, belum lagi aku kuliah di sore hari, jadi pekerjaan Pak Tamam tidak bias ku kerjakan di rumah. HHHGGHHH… berasa benar-benar menjadi guru. Di lain pihak aku tak ingin melihat Pak Tamam yang belum pulih kembali mengajar, namun kadang ketika letih mendera aku ingin sekali mengharap Pak Tamam ada bersamaku di kelas. Belum lagi menghadai anak-anak yang bandel dan sering tidak mengerjakan tugas. Sementara pada jam istirahat aku harus tetap bertuagas di perpustakaan. Jadi kadang dalam sehari aku tidak sempat istirahat barang semenitpun. Namun jauh di lubuk hatiku aku merasakan kebahagiaan, kepuasan menjadi seorang guru, dan tantangan yang harus ditaklukkan.

3 Minggu kemudian, dimana aku mulai berharap Pak Tamam mulai sembuh dan siap mengajar lagi, aku mendengar berita duka, bahwasanya Pak Tamam tidak bias berjalan lagi dikarenakan kaki kanannya mengalami patah tulang. Beliau harus menjalani sekian terapi dan pengobatan lagi. Hingga akhirnya tepat 1 bulan setelah kecelakaan itu istri pak Tamam mengajukan surat pension kepada Pak Indra. Mengingat keadaan beliau dan jangka pension yang tinggal 2 tahun lagi. Sejak saat itu aku diangkat menjadi guru honorer Bahasa Inggris pengganti Pak Tamam. Sementara posisiku digantikan oleh Ida, keponakan Pak Indra yang memang kuliah D3 Perpustakaan dan sudah hamper selesai.

Mungkin ini memang sudah jalanku, lewat Pak Tamam semua ini menjadi nyata. Yes, my dream comes true. Meski masih sebagai guru honor, namun aku sudah mampu mebahagiakan ibuku dan almarhun bapakku. Beliau yang punya cita-cita, anaknya menjadi guru. Aku semakin yakin dengan pekerjaan ini, semoga Pak Tamam segera diberi kesehatan dan panjang umur. Sesekali aku mampir rumahnya meminta tambahan ilmu. Sambil bercerita tentang anak-anak hari itu. Setidaknya aku masih ingin melihat Pak Tamam tersenyum gembira di hari tuanya. Karna hanya itu ungkapan terima kasih yang bisa ku berikan.

6 bulan kemudian aku lulus, dengan gelar S.Pd. Semoga kelak aku dapat juga menjadi pegawai seperti harapan orang tuaku. Amiin. Lebih dari itu aku ingin menjadi guru yang lebih baik setiap harinya. Thanks to pak Indra, Thanks to pak Tamam.


------ the end.....